Minggu, 28 April 2013

SUSUNAN KEPANITIAAN KASNURHIDA TAHUN 2013

SUSUNAN PANITIA FESTIVAL SANTRI SHALEH SE-KAB. PURWOREJO & TEMU ALUMNI KASNURHIDA 2013 PANGENJURUTENGAH PURWOREJO Penasehat : 1.Drs KH. Muh Wasith Achadi M,Ag 2.K.Muhammad Hadziq Al-Fahmi,S.Pd.I Penanggungjawab : 1.M.Aminudin Malik 2.Agus Munjamil S.Pd 3.Ahmad Fauzan S.Pd.I 4.M.Zulfa Naufan Ketua Umum : Hamid Nasrullah Wakil Ketua : Angga Rilitama Sekretaris : 1. Kunfarida Awaliyah 2. Ahmad Zaenurrohman.W Bendahara : 1. Zahroti Pangestuti 2. Mega Anistya Krisnaningsih Seksi-seksi :  Sie Acara : 1. Wahyudi 2. Ida Zulaikha 3. Khayati Amalin 4. Sofwatul Basiroh 5. Lucky Febriani  Sie Perlombaan : 1. Lisa Nirmaningsih 2. Amat Khafid 3. Anisa Agustanti 4. Nida Alfiah 5. Siti Masruroh  Sie Usaha Dana : 1. Siti Khasanah 2. Risma 3. Alwin Kamal 4. Silvia Nur Azizah 5. Mufidah  Sie Konsumsi : 1. Siti Isnaini Ifadah 2. Tu’ah 3. Siti Khadijah 4. Chapsatus Sulaemah 5. Muslikhah 7. Siti Fajriah  Sie Perlengkapan : 1. Hamam Nasirudin 2. M.Rofik 3. Windu Retno Aji  Sie Humas : 1. M.Fakhrudin Sidiq 2. Cholid Fathan Aulia 3. Ahmad Munir 4. Khafidoh 5. Daimatu Sholehah  Sie Pub.Dek.Dok : 1. M .Roghib 2. Lutfiatun Nuzilah 3. Riska Nur Laila Dewi AGENDA RAPAT PANITIA FESTIVAL SANTRI SHALEH SE-KAB.PURWOREJO DAN TEMU ALUMNI SERTA HALAL BIHALAL KELUARGA ALUMNI SANTRI PON-PES NURUL HIDAYAH (KASNURHIDA) TAHUN 2013 HARI/TANGGAL TEMPAT AGENDA RAPAT Minggu / 28 Oktober 2012 Pon-Pes Nurul Hidayah -Pembentukan Panitia Kecil -Pembagian tugas sementara Minggu / 2 Desember 2012 Pon-Pes Nurul Hidayah -Pembentukan Panitia Tetap Kasnurhida 2013 -Pembahasan ProKer kasnurhida Minggu / 3 Februari 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Evaluasi kerja panitia dan Pembahasan Kegiatan Festival Santri Shaleh se-Kab.Purworejo Minggu / 10 Maret 2013 Masjid Kampus UGM -Laporan kemajuan dan evaluasi kerja panitia Yogyakarta Minggu / 7 April 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan kemajuan dan evaluasi kerja panitia inti Purworejo - Penyebaran Proposal Tahap I Minggu / 21 April 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan Tahap I Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penyebaran Proposal Tahap II Minggu / 2 Juni 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah (Bertepatan Akhirussanah) -Laporan Tahap II Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penyebaran Proposal Tahap III -Penyebaran Undangan ke lembaga TPA,MADIN & Pon-Pes se-Kab.Purworejo. Minggu / 23 Juni 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan Tahap III Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penguatan Acara FSS & TA -Penyebaran Undangan ke Alumni kasnurhida Minggu / 14 Juli 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Final ceking sebelum Kegiatan Festival Santri Shaleh Dan Temu Kangen kasnurhida -Gladi Bersih Kegiatan -Penguatan Acara FSS & TA Minggu / 21 Juli 2013 Komplek Pon-Pes Nurul Hidayah -Pelaksanaan Festival Santri Shaleh se-kabupaten Purworejo. (Semoga bisa terlaksana,sukses,lancar,bermanfaat, dan penuh keberkahan,Amin ya Robbal ‘Alamin) -Merapat Bersama guna persiapan temu alumni Minggu / 11 Agustus 2013 Aula Pon-Pes Nurul Hidayah -Pelaksanaan Temu Kangen & Halal Bihalal Keluarga Alumni Santri Nurul Hidayah -Di ikuti oleh para santriwan & santriwati PPNH Minggu / 8 September 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -LPJ Kegiatan -Rapat Pembubaran Panitia FSS & TA kasnurhida Tahun 2013 NB : 1) Semua panitia wajib mengikuti agenda rapat yang telah di tentukan,apabila tidak dapt mengikuti rapat mohon memberikan konfirmasi kepada ketua panitia. 2) Di mohon kepada seluruh panitia untuk menyimpan surat pemberitahuan ini. 3) Di mohon untuk selalu kordinasi & komunikasi dengan rekan panitia lainya. Terimakasih atas segala pengorbanan waktu,tenaga & pikiranya.”salam keikhlasan,kebahagiaan,dan keindahan”.Semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan teman-teman panitia.Amin ya Robbal ‘Alamin
SUSUNAN PANITIA FESTIVAL SANTRI SHALEH SE-KAB. PURWOREJO & TEMU ALUMNI KASNURHIDA 2013 PANGENJURUTENGAH PURWOREJO Penasehat : 1.Drs KH. Muh Wasith Achadi M,Ag 2. K.Muhammad Hadziq Al-Fahmi,S.Pd.I Penanggungjawab : 1.M.Aminudin Malik 2.Agus Munjamil S.Pd 3.Ahmad Fauzan S.Pd.I 4.M.Zulfa Naufan Ketua Umum : Hamid Nasrullah Wakil Ketua : Angga Rilitama Sekretaris : 1. Kunfarida Awaliyah 2. Ahmad Zaenurrohman.W Bendahara : 1. Zahroti Pangestuti 2. Mega Anistya Krisnaningsih Seksi-seksi :  Sie Acara : 1. Wahyudi 2. Ida Zulaikha 3. Khayati Amalin 4. Sofwatul Basiroh 5. Lucky Febriani  Sie Perlombaan : 1. Lisa Nirmaningsih 2. Amat Khafid 3. Anisa Agustanti 4. Nida Alfiah 5. Siti Masruroh  Sie Usaha Dana : 1. Siti Khasanah 2. Risma 3. Alwin Kamal 4. Silvia Nur Azizah 5. Mufidah  Sie Konsumsi : 1. Siti Isnaini Ifadah 2. Tu’ah 3. Siti Khadijah 4. Chapsatus Sulaemah 5. Muslikhah 7. Siti Fajriah  Sie Perlengkapan : 1. Hamam Nasirudin 2. M.Rofik 3. Windu Retno Aji  Sie Humas : 1. M.Fakhrudin Sidiq 2. Cholid Fathan Aulia 3. Ahmad Munir 4. Khafidoh 5. Daimatu Sholehah  Sie Pub.Dek.Dok : 1. M .Roghib 2. Lutfiatun Nuzilah 3. Riska Nur Laila Dewi AGENDA RAPAT PANITIA FESTIVAL SANTRI SHALEH SE-KAB.PURWOREJO DAN TEMU ALUMNI SERTA HALAL BIHALAL KELUARGA ALUMNI SANTRI PON-PES NURUL HIDAYAH (KASNURHIDA) TAHUN 2013 HARI/TANGGAL TEMPAT AGENDA RAPAT Minggu / 28 Oktober 2012 Pon-Pes Nurul Hidayah -Pembentukan Panitia Kecil -Pembagian tugas sementara Minggu / 2 Desember 2012 Pon-Pes Nurul Hidayah -Pembentukan Panitia Tetap Kasnurhida 2013 -Pembahasan ProKer kasnurhida Minggu / 3 Februari 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Evaluasi kerja panitia dan Pembahasan Kegiatan Festival Santri Shaleh se-Kab.Purworejo Minggu / 10 Maret 2013 Masjid Kampus UGM -Laporan kemajuan dan evaluasi kerja panitia Yogyakarta Minggu / 7 April 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan kemajuan dan evaluasi kerja panitia inti Purworejo - Penyebaran Proposal Tahap I Minggu / 21 April 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan Tahap I Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penyebaran Proposal Tahap II Minggu / 2 Juni 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah (Bertepatan Akhirussanah) -Laporan Tahap II Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penyebaran Proposal Tahap III -Penyebaran Undangan ke lembaga TPA,MADIN & Pon-Pes se-Kab.Purworejo. Minggu / 23 Juni 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Laporan Tahap III Penggalangan Dana, Evaluasi kerja panitia serta pembahasan FSS & TA -Penguatan Acara FSS & TA -Penyebaran Undangan ke Alumni kasnurhida Minggu / 14 Juli 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -Final ceking sebelum Kegiatan Festival Santri Shaleh Dan Temu Kangen kasnurhida -Gladi Bersih Kegiatan -Penguatan Acara FSS & TA Minggu / 21 Juli 2013 Komplek Pon-Pes Nurul Hidayah -Pelaksanaan Festival Santri Shaleh se-kabupaten Purworejo. (Semoga bisa terlaksana,sukses,lancar,bermanfaat, dan penuh keberkahan,Amin ya Robbal ‘Alamin) -Merapat Bersama guna persiapan temu alumni Minggu / 11 Agustus 2013 Aula Pon-Pes Nurul Hidayah -Pelaksanaan Temu Kangen & Halal Bihalal Keluarga Alumni Santri Nurul Hidayah -Di ikuti oleh para santriwan & santriwati PPNH Minggu / 8 September 2013 Pon-Pes Nurul Hidayah -LPJ Kegiatan -Rapat Pembubaran Panitia FSS & TA kasnurhida Tahun 2013 NB : 1) Semua panitia wajib mengikuti agenda rapat yang telah di tentukan,apabila tidak dapt mengikuti rapat mohon memberikan konfirmasi kepada ketua panitia. 2) Di mohon kepada seluruh panitia untuk menyimpan surat pemberitahuan ini. 3) Di mohon untuk selalu kordinasi & komunikasi dengan rekan panitia lainya. Terimakasih atas segala pengorbanan waktu,tenaga & pikiranya.”salam keikhlasan,kebahagiaan,dan keindahan”.Semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan teman-teman panitia.Amin ya Robbal ‘Alamin

Sabtu, 27 April 2013

PESAN TERAKHIR UJE (ust. Jefri Al- bukhori ) Sahabat ustad Jefry atau Uje, ustad Mahdy Alatas mengatakan, sebelum meninggal Uje diketahui sedang melakukan kegiatan bersama rekan- rekannya dikomunitas motor gede. Pada saat melakukan kegiatan tersebut, Uje sempat menyampaikan pesan terakhir kepada para sahabatnya yang sedang mengikuti kegiatan tersebut. “Beliau sempat bilang kepada para sahabatnya "bahwa hari ini adalah hari terakhir beliau menggunakan BlackBerry sebagai alat untuk berdakwah,” ujar ustad Mahdy, Jumat (26/4/2013) Menurutnya, para sahabat tidak mengetahui sacara pasti mengapa Uje mengatakan hal tersebut. Namun dia mengenali Uje sebagai sosok yang bersahaja dan selalu berdakwah secara baik. “Berdakwah itu biasa dilakukan beliau lewat apapun,” tandasnya. Keajaiban yang Mengiringi Wafatnya Beliau 1. Wajah Ustad Jeffry Al Buchori sangat bercahaya Tahukah Anda? Sebelum Meninggal Ternyata Wajah Ustad Jeffry Al Buchori sangat lah bercahaya dan Kematiannya Pun ditepat di malam jum'at Kliwon Dihiasi Gerhana Bulan Betapa Indahnya Akhir Riwayatmu Ustad!! Betapa Sholeh Nya Engkau! Hadits Riwayat Abdullah Bin Amr '' Tidaklah Seorang Muslim Yang Meninggal Pada Hari Jum'at / Malam Jum'at Melainkan Allah Melindunginya dari Siksa Kubur '' SUBHANALLAH ALLAHUAKBAR !!! 2. Jenazah Uje bercahaya saat dikafani Ustad Solmed : “Subhanallah, Jenazah Uje Keluarkan Cahaya”. Salah satu sahabat Ustad Jefry AlBuchori, Ustad Soleh Mahmud alias Solmed yang mengaku sempat mengkafani jenazah Ustaz Jeffry Al Buchori menuturkan cerita luar biasa. Menurutnya, saat dikafani jenazah Uje –sapaan Ustaz Jeffry– tampak bercahaya. “Subhanallah, jenazah ustaz (Uje) saat dikafani tampak bercahaya,”kata Solmed di rumah duka di Perum Bukit Mas, Jalan Narmada III, Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (26/4/2013). Tak hanya itu, Ustad Solmed juga mengatakan bahwa tak hanya bercahaya, jenazah Uje terlihat seperti mengeluarkan senyum saat dikafani. Hal ini sepertinya menunjukkan kalau almarhum ikhlas untuk pergi meninggalkan dunia. Ustad Solmed juga mengatakan bahwasanya tak jarang orang bisa meninggal di hari Jumat. Karena hari Jumat adalah hari yang penuh keberkahan bagi umat Islam. “Insya Allah almarhum akan diterima di surga Allah,” katanya. 3. Penampakan Uje dan 7 Kyai Disaat UJE diantar ke tempat peristirahatannya, Sahabat (UJE) ustad mahdi melihat ada sesuatu yang aneh. Dia melihat Uje dan 7 kiyai tersenyum disaat jenasah di bacakan do'a. Uje terlihat senyum melihat sahabatnya. 7 kiyai,pun ikut membaca do'a. Bukan hanya ustad mahdy yang melihat tapi anak UJE pun melihat ayahnya(UJE) Datang bersama 7 kiyai, Yang tersenyum, Satu pesan UJE kepada Anak dan para Sahabatnya sadarkanlah orang" didunia ini Sesungguhnya kiamat tidak lama lagi 3. Awanpun ikut ber'doa ketika jenazah Ust. Jefri dimakamkan Foto: Awanpun ikut ber'doa ketika jenazah ust.jefri dimakaman subhanallah ..... Penampaka­n awan di atas makam Ustad Jefry ini foto langit di atas makamnya ustadz jefry,, di twitter, ini silahkan check sumbernya : @nonibungsu (sudah di retweet 450 orang lebih) nampak gambar seseorang yang sedang berdo'a, subhanallah.. Subhanallah ..... Penampaka­n awan saat jenazah Ustad Jefry didoakan. Sumber dari twitter, silahkan check sumbernya : @nonibungsu (sudah di retweet 450 orang lebih) nampak gambar seseorang yang sedang berdo'a, subhanallah.. "@jefri_buchori Pada akhirnya.. Semua akan menemukan yang namanya titik jenuh.. Dan pada saat itu.. Kembaliadalah yang terbaik.. Kembali pada siapa..??? Kepada "DIA" pastinya.. Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut.. — Uje.. Full Jefri Buchori " Banyak orang merasa kehilangan.Sebagai ustad muda, Uje adalah panutan. Bukan hanya umat muslim, tapi banyak kalangan. Gaya dakwahnya yang santai, tidak mendikte dan dikemas dengan gaya anak muda, menjadikan ustad berusia 40 tahun itu dicintai. Selamat jalan Ustadz.. Semoga Rahmat Allah selalu menyertaimu.. Kami di Sini insya Allah akan mendo'akanmu.. :'(. #Tolong bacakan Alfaatihah untuk beliau :'(

Sabtu, 16 Maret 2013

MENGENANG KH. MUH. ASNAWI UMAR


MENGENANG KH. MUH. ASNAWI UMAR
SEKILAS Mengenang
(ULAMA’ PURWOREJO)
TAHUN 1916 – 1986
OLEH : Drs.KH. MUH. ACHADI ASNAWI,M.Ag

AYAHKU DAN GURUKU KH. MUH. ASNAWI UMAR

MASA KECIL
Di sekitar tahun 1916 (tanggal dan bulannya kurang jelas) di desa (sekarang kelurahan) Pangenjurutengah Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo lahirlah seorang anak bernama Kasan (yang kemudian nama dewasanya Muh. Asnawi) dari pasangan suami – isteri Bapak Amat Umar dan Ibu Nurriyah yang bermata pencaharian petani dan pedagang beras. Hidup di alam penjajahan Belanda, semuanya serba bersahaja dilihat dari segala aspek : sosial, ekonomi dan sebagainya. Kasan kecil dan keluarganya, tak lain dari sebagian komunitas yang akrab dan tak jauh dari kondisi dan potret dari keadaan waktu itu. Kasan kecil hanya tamat Sekolah Rakyat dan mengenal agamanya (Islam) dari orang tuanya, disamping guru-guru ngaji di kampung desanya. Pak Ahmat Umar (ayah Kasan) kebetulan mempunyai sebuah langgar kecil (surau) di dekat rumahnya. Agaknya dari situlah kecenderungan Kasan terhadap agama Islam dimulai.



MASA REMAJA
Setamat Sekolah Rakyat, ketika umur Kasan + menginjak 14 tahun, ia pergi mondok ke Pesantren Watucongol – Muntilan, mengaji dan berguru kepada Hadratus Syekh Romo KH. R. Dalhar. Cukup lama ia berkhidmah disana, sampai + total selama 16 tahun sampai akhirnya ia dipercaya sebagai Qori (pembaca Kitab kuning) dan lurah pondok disana. Kasan atau Muh. Asnawi bahkan sangat disayang oleh Romo KH. R. Dalhar dan menjadi tangan kanan kepercayaan beliau. Ketika Romo KH. R. Dalhar mengetahui bahwa Muh. Asnawi senang dan tertarik dengan hadis-hadis Nabi SAW, maka disuruhlah ia untuk memperdalam (mengaji) hadis ke Pesantren Tebu Ireng–Jombang–Jawa Timur. Maka dengan patuh, Muh. Asnawi kemudian berangkat ngaji mondok ke Pesantren Tebu Ireng, untuk berkhidmah kepada Hadratus Syekh Hasyim Asyari. Kurang lebih selama 3 tahun, Muh. Asnawi mengaji di Pesantren tersebut, utamanya memperdalam hadis dan segala ihwalnya. Sepulang dari Pesantren Tebu Ireng, Muh. Asnawi sempat kembali ke Pesantren Watu Congol Muntilan, walau tidak seberapa lama.



PULANG KAMPUNG
 Ketika usia Muh. Asnawi sudah merangkak menginjak dewasa, sebagai pemuda yang sudah lumayan mengenyam pendidikan pesantren, ia oleh masyarakat mulai dipercaya untuk mengajar / mulang ngaji di Mushola rintisan ayahnya (Pak Amat Umar) dan di seputar kampungnya. Ia pun kemudian diambil menantu oleh Bapak H. Munawir dari Baledono Krajan Purworejo dijodohkan dengan putrinya – Khotijah. Tetapi agaknya Allah belum menakdirkan menjadi jodohnya, sebab ternyata Muh. Asnawi masih mondar-mandir ke pesantrennya di Watu Congol, belum bisa meninggalkannya secara total, walau beliau telah beristri. Akhirnya, pernikahan itupun kandas di tengah perjalanan yang masih teramat pendek, berakhir dengan furqoh (perceraian). Rupanya Muh. Asnawi masih lekat dan ental dengan almamater pesantrennya, sampai akhirnya baru bisa total meninggalkan Pesantrennya setelah ia dinikahkan lagi dengan Chomsatun binti H. Munawir (adik kandung Khotijah, mantan istrinya dahulu). Perkawinan yang kedua itu tercatat dalam salinan kutipan nikah tertanggal 10 Rabiul Awal 1359 H atau 18 April 1940. Dari perkawinan kedua inilah, kemudian Muh. Asnawi menurunan putra-putrinya yang sekarang. Sedangkan dengan istri pertama (Ibu Khotijah) belum sempat memberikan keturunan. Ibu Khotijah sendiri, kemudian diperistri oleh Bapak H. Thoifur dari Somolangu – Kebumen, dan kemudian menurunkan anak-anak putri yang banyak. Setelah mukim di rumah, Muh. Asnawi kemudian mendirikan Pondok Pesantren untuk menampung santri-santri yang mengaji yang rumahnya jauh. Pondok itu teramat sederhana, yakni berupa panggung dari bambu terdiri dari beberapa guthekan (kamar), yang kemudian menjadi Pondok Pesantren “NURUL HIDAYAH” sampai sekarang. Beralamat di Pangenjurutengah Gang Santri Purworejo Telepon 321250 .



MASA PERJUANGAN
Sebagai seorang yang telah matang dalam kedewasaanya, Muh. Asnawi sebaai pribadi yang telah berkeluarga dan sebagai anggota masyarakat sekaligus sebagai bagian dari komunitas Umat Islam, ia pun dengan segala kekuatan dan kemampuannya berjuang agar eksistensinya selalu membawa manfaat. Ia pun berjuang untuk keluarganya dengan berjualan sebagai tukang kemasan kecil-kecilan dari satu pasar ke pasar yang lain. Di samping itu, ia juga berjuang untuk agamanya, dengan mengajar mengaji baik mengaji kitab-kitab, maupun pengajian umum di berbagai tempat, termasuk pula mengajar dengan sistem madrasi. Dalam kancah perjuangan organisasi keislaman, Muh. Asnawi aktif di organisasi Nadlatul Ulama, tercatat ia sebagai Ketua PERTANU (Persatuan Tani Nahdlatul Ulama). oleh karenanya, ia sempat mengikuti event-event muktamar NU di berbagai tempat (Medan-Surabaya-Jakarta dan sebagainya). Era pasca Khittoh NU, beliau dipercaya sebagai Rois Syuriyah NU Cabang Purworejo hingga wafatnya.
ERA SEBAGAI PEGAWAI
Kurang lebih di tahun 1953, lantaran dorongan dan ajakan serta motivasi dari karibnya-Almarhum KH. Saifudin Zuhri (Mantan Menteri Agama- Angota DPR / PR – RI), Muh. Asnawi diterima sebagai Pegawai Negeri Sipll di lingkungan Kementrian Agama. Ia ditugaskan pada Kantor Kenaiban (sekarang KUA) Kota Purworejo. Disitu pula ia kemudian menjadi Naib / Penghulu atau petugas pencatat nikah dan sekaligus sebagai Kepala KUA, pada akhirnya karier beliau terus meningkat sampai kemudian menjadi Kepala Dinas Urusan Agama Islam Kabupaten Purworejo merangkap sebagai Kepala Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Purworejo (Embrionya Kantor Departemen Agama Kabupaten). Beliau pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tanggal 1 Januari 1972 dengan pangkat terakhir Penata Muda Golongan III/a.
 SISI KEGIATAN LAIN
 Disamping beliau aktif dalam pemerintahan, juga dalam pelbagai kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Beliau melakukan kegatan da’wah ke daerah-daerah, keluar masuk kampung, desa bahkan sampai ke pelosok pegunungan, terutama pada acara-acara mauludan, rejeban dan sebagainya, terkadang beliau pulang sampai larut malam bahkan menjelang subuh. Sering kali beliau pulang dengan membawa berkat (nasi makanan komplit) dengan ukuran kaliber (pakai engkung dan telor yang banyak, pisang 1 lirang dan sebagainya). Seorang yang selalu mengantar beliau dengan sepeda motornya (merk : IFA) adalah Bapak Suprapto (almarhum) mantan Kepala SD Pangenrejo, bertahun-tahun pak Suprapto mendampingnya. Pada tanggal 1 April 1962, beliau mendirikan jama’ah pengajian dengan nama : Jama’ah Qulhu (kemudian berubah menjadi jama’ah / Thoriqooh Ikhlasiyah) dengan wiridan utamanya membaca surat Qulhu / Ikhlas minimal sebanyak 1000 kali dalam satu selapanan (+ 36 hari). Pengajian itu diselengarakan setiap Ahad Kliwon antara pukul 09.30 – 12.30 WIB bertempat di Musholla dan sekitarnya (pondok, rumah). Pada mulanya, yang mengikuti pengajian (kebanyakan orang-orang tua) hanya berkisar 25 – 30 orang, kemudian berkembang terus hingga mencapai ribuan jama’ah setelah berjalan puluhan tahun. Sampai dengan saat ini (waktu tulisan dibuat: red), pengajian itu masih tetap eksis dengan hari dan waktu yang tidak diubah (pengajian akbar, selapanan Ahad Kliwon) dan dengan jumlah anggota yang sudah tercatat dalam buku induk telah mencapai lebih 5.000 orang. Disamping itu, beliau juga mengajarkan (mursyid) Thoriqoh Sadziliyah, yang beliau terima dari gurunya – Romo Kyai Dalhar. Beliau juga pernah aktif mengadakan pengajian “Dalailul Khoirat” dengan keliling dari rumah ke rumah seminggu sekali, pada sekitar tahun 1960 – 1970. Disamping itu pula, beliau mengadakan pengajian membaca Kitab Shohih Bukhori dan Muslim di Mushollanya dan di Masjid Agung Purworejo (kemudian berkembang menjadi darusan Kitab Bukhori yang diadakan keliling di tempat-tempat orang / Kyai yang bersedia mengunduh). Tercatat pula, beliau pernah aktif mengajar di Sekolah Persiapan IAIN (SP. IAIN) Purworejo dari sekitar tahun 1962 – 1972, bahkan sempat menjadi Staf Direktorium sekolah tersebut. Disamping itu beliau juga menjadi Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN “Sunan Kalijaga” Cabang Purworejo, dengan memegang mata kuliah Pengantar Ilmu Hadis dan Hadis, dan sekitar tahun 1966 – 1975 (sampai kemudian lembaga itu dilikuidasi ke induk IAIN “ Sunan Kalijaga” Yogyakarta). Selepas dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Cabang Purworejo (karena dilikuidasi), beliau bersama-sama dengan Ulama-ulama Purworejo (KH. Nawawi Shiddiq, Kyai R. Damanhuri, KH. Djamil, Kyai Maftuh Muhtar dan sebagainya) mendirikan Perguruan Tinggi Islam “Imam Puro” (PTII) dengan membuka dua fakultas (Tarbiyah dan Syariah). Beliau sempat menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi tersebut sampai dengan wafatnya. (Cat : PTII sekarang bernama STAINU). Beliau juga menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Purworejo, sebuah organisasi yang menjembatani antara umat Islam dan Pemerintah, jabatan tersebut, beliau embank hingga wafatnya. Di kalangan para jama’ah haji Purworejo, beliau juga dipercaya sebagai Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Kabupaten purworejo (IPH) yang beliau rintis berdirinya di Kabupaten Purworejo (sekarang menjadi IPHI). Disamping itu, masih segar dalam ingatan para pendengarnya beliau sering berda’wah pula lewat stasiun radio “Yafsi” Purworejo.
KARYA-KARYA BELIAU
 Bapak KH. Muh. Asnawi Umar cukup produktif dalam menulis, terbukti banyak karya-karya tulis yang beliau tinggalkan, diantaranya :
  1. Kitab “Durraotul Ahadis”
  2. Kitab “Arbain Al Asnawiyah”
  3. Risalah “ Manaqib Sadziliyah”
  4. Risalah “Mustikaning Surat”
  5. Risalah “Aqoid 50”
  6. Risalah “Al-Manqulatu fi bayani fadlilati qiroati suratil ikhlashi wal kalimatit thoyyibah”
  7. Risalah “ Surat Yasin dengan faidah-faidah dan khasiyah-khasiyahnya”
  8. Risalah “Mustikaning surat, Tahlil dan Do’a-doa penting”
  9. Syiiran-syiiran terdiri dari berbagai edisi.

SIFAT-SIFAT BELIAU
Sifat-sifat beliau yang menonjol dan sudah ditengarai oleh banyak orang adalah disiplin, moderat, lentur, telaten dalam memelihara sesuatu pengajian, mengikuti perkembangan zaman dan banyak inisiatif. Beliau wafat pada tanggal 24 Dzulhijjah 1406 H atau 29 Agustus 1986 dalam usia 70 tahun (Allahummagh firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu), satu pekan setelah pulang dari ibadah haji yang ke-2, meninggalkan satu orang putra dan lima orang putri, yaitu :
  1. Asfiyah (Swasta)
  2. Awaliyah (PNS)
  3. Fatimah (Swasta)
  4. Muh. Asnawi (PNS)
  5. Isnaeni (PNS)
  6. Rohimah (PNS)

PESAN-PESAN
Diantara kata-kata / pesan beliau yang sering diucapkan dan dihafal oleh anak cucu dan murid / santri adalah :
  • Cekat-ceket (segera, jangan lambat)
  • Clipas-clipus / Gopas-gapes (untuk mengatakan murid / santri yang kurang tegas / kurang bertanggung jawab
  • Ojo wedi karo wong, ora bakal dibrakot (jangan takut terhadap sesame orang, tidak akan digigit!)
  • Aworo dlimor ojo nganti kawor (bergaulah dengan siapa saja, tapi jangan sampai terpengaruh yang negatif)
  • Ba’da sholat fardlu ojo lali kirim fatihah kanggo bapak-ibune  (ba’da sholat fardlu jangan lupa kirim fatihah untuk bapak-ibunya).
Demikian sekilas mengenang mendiang Almarhum Bapak KH. Muh. Asnawi Umar, semoga anak, cucu dan murid-murid beliau mampu meneruskan perjuangan beliau menegakan Agama Islam dan melestarikan kebaikan-kebaikan yang telah beliau rintis dan lakukan. Mudah-mudahan Allah swt. Mengampuni segala dosa beliau dan menerima amal sholihnya.
Purworejo, 23 Januari 2003
Penulis,

Muh. Achadi Asnawi



Catatan :
Tulisan ini dipersembahkan untuk keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Pangenjurutengah Purworejo pada khususnya, dan masyarakat muslim pada umumnya.

Minggu, 13 Januari 2013

Kisah Habib Munzir Al Musawa bertemu Habib Umar bin Hafidz untuk pertama kali!

Kisah Habib Munzir Al Musawa bertemu Habib Umar bin Hafidz untuk pertama kali!

Assalamu’alaikum wr. wb,

Ya Akhi, Agan – agan N’Semuanye aje yang di rahmati Allah serta senantiasa dalam naungan Istiqomahnya … kali ni Blog MUHIBIN masih mengulas tentang Habib Munzir punye cerite … di sini antum bakal baca cerite perjuangan Habib Munzir Bertemu dengan Sang Guru Besar Yaitu Habib Umar …. yudah yok, Agan – agan N’ Antum gag sabar kan pengen baca ni Habib Munzir Punye Cerite …. Sok Atuh Mangga di baca ….
Seraya Habib Munzir Berkata :
Kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.

sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.
almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.
namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun..
akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,
siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.

sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.
ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.
saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.
sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..
lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..
tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd 1994.
selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,
Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..
keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..


dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..
saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,
saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..
saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya…, beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..
saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim
suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…!.
maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..
saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih…!, orang lain saja yg mencuci baju ini..
maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya
hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.
2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?
saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..
saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..
tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya’ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..
mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,
kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..

sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw…
itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.
perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,
mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a’lam
salam rindu terdalam untuk anda.
Facebook Pondok Habib : http://www.facebook.com/pondokhabib
KOLEKSI CERAMAH AGAMA : http://ceramahagamabaru.blogspot.com/

Kamis, 10 Januari 2013

ADZAN DAN IQOMAH DI TELINGA BAYI


ADZAN DAN IQOMAH DI TELINGA BAYI
Salah satu hal yang disunnahkan untuk diperlakukan kepada bayi yang baru saja lahir adalah adzan dan iqomah.
An-Nawawi [1] berkata :"Kami meriwayatkan di dalam sunan Abi Daud, At-Tirmidzi dll, dari Abi Rofi' ra, yakni budak yang dimerdekakan oleh rasulullloh saw. Dia berkata:"Aku melihat rasululloh saw menyerukan adzan di telinga Al-Hasan bin Ali, ketika dia dilahirkan oleh Fatimah, seperti adzan sholat.-semoga mereka diridloi Alloh".At-Tirmidzi berkata :"Hadis hasan shohih".
Sedangkan hadis yang memerincikan adzan di telinga sebelah kanan, dan iqomah di telinga sebelah kiri adalah hadis dlo'if."Sungguh kami meriwayatkan di dalam kitab Ibnu Suni dari Al-Husain bin Ali ra. Dia berkata:"Rasululloh saw bersabda:"Barangsiapa yang anak baru lahirnya diadzani di telinganya sebelah  kanan dan diiqomahi ditelinganya yang sebelah kiri, maka anak itu tidak akan terbahayakan oleh jin (ummu sibyan)", sebut An-Nawawi.[2]. Meskipun hadis ini dlo'if, namun amaliah perincian adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri, juga diamalkan oleh Kholifah Umar bin Abdul Aziz."Dan Umar bin Abdul Aziz mengadzani telinga kanan dan meng-iqomah di telinga kiri anak-anaknya."(HR. Ibnul Mundzir)[3]. Makanya, An-Nawawi mengatakan jama'ah ashab kami berpendapat:"Dianjurkan agar seseorang adzan di telinga kanan anak dan iqomah seperti iqomah sholat di telinga kirinya".[4]
Ad-Damiri berkata di dalam syarah al-minhaj:"Hikmah yang terdapat di dalam adzan, yaitu pertama kali anak hadir di dunia, dia ditunyuk lambungnya oleh syaithon.Maka, sepantasnya kalau dia diusir, karena ia akan lari terbirit-birit ketika mendengar adzan dan iqomah, sebagaimana keterangan yang ada di dalam hadis shohih.Wallohu A'lam."[5]                                                                    
1,2,4. Al-Adzkar An-Nawawiyyah : 244, karya Muhammad bin Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaroffudin An-Nawawi Ad-Dimasyqi rha. Lahir tahun 631 hijriah dan wafat tahun 676 hijriah.
3,5. Kifayatul Akhyar, juz 2 : 244, karya Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad Al-Husaini Al-Hisni Ad-Dimasyqi As-Syafi'I, termasuk diantara ulama' abad 9 hijriah.